not just a story, but it also creating a history

__Love * Life * sad *GLad * tears * Laugh-----

Minggu, 30 Desember 2007

Pelukan mesra-Nya!!!!

“Ya Allah, salahkah tatkala hamba-Mu berdo’a, memohon kebahagiaan lebih dari satu bentuk kenikmatan??”

Itulah kalimat yang saya gunakan untuk mencoba dan membantu menumpahkan perasaan kecewa, sakit hati yang selama ini cukup di hati, dan tidak terungkap sama sekali keberadaannya. Entah kenapa dalam waktu tertentu dan untuk masalah kehidupan, masalah cinta, saya tidak pernah mempunyai kekuatan untuk menyalahkan diri saya, diri cinta yang seringkali menjelma kepedulian, belaian, kemesraan yang tidak lama kemudian rasa sakit meyusul, kecewa, dan hal-hal yang membelunggu ketulusan manusia dalam mengabdi untuk kehidupannnya dan untuk cintanya.

Ternyata kebahagiaan itu tidak lama,,,,

Dan penderitaan hadir hanya sekedar memberikan gambaran bahwa anugerah-Nya teramat berarti untuk selalu di syukuri, iya!!!!penderitaan tidak lebih sarana untuk mensyukuri anugerah-Nya. Tentang harta kekayaan, orang-orang yang mencintai kita dan menentramkan jiwa kita, kehormatan, harga diri, pangkat maupun status sosial dan kebahagiaan lainnya yang merupakan anugerah dari-Nya.


Semuanya yang ada di dunia hanya sekejap dipandang dan sesekali didatangi, di kejar dan dipertahankan hanyalah bayang-bayang.

Rasanya belum puas, saya menikmati satu demi satu anugerah-Mu, iya!!!!seperti itulah manusia selalu merasa tidak puas tentang apa yang dimilikinya, di anugerahi satu minta dua, dianugerahi dua minta tiga dan seterusnya tiada batasnya, tiada habisnya. Ternyata hanya satu yang mampu menghentikan manusia dari angan-angan panjang yang tiada ujungnya, apa??????

“itulah yang seringkali saya sebut dengan ruang intropeksi diri, ruang bercermin atas segala tingkah polah kita menikmati anugerah_Nya, ruang mensyukuri, ruang yang mendekatkan diri kita kepada Sang Pemberi anugerah yaitu PENDERITAAN, KETERASINGAn, TERJATUH DAN TERTUNDUK BERTEKUK LUTUT PADA KUASA_Nya danpada saat itu pula, baru kita mencari keyakinan tentang kuasa Tuhan, dan bagi-Nya tidak susah untuk mengambil apa yang telah Dia titipkan kepada kita semua”.


Pada saat penderitaan itu menyapa diri saya, pada saat itu pula saya menyadari betapa dunia ini hanya tipu daya dan kita bermain-main di dalamnya, betapa tiada yang berhak kita cinta seabadi ketercitaan-Nya pada makhluknya, Dialah Sang Maha Pecinta dengan segenap rahman rakhim-Nya, mengapa hanya Dia yang patut kita cintai (cinta abadi), karena Dialah Dzat Yang Maha Abadi, Kekal dan selalu memeluk getir kita, tiada pernah melihat siapa kita kecuali “BESARNYA KETAQWAAN KITA PADA-Nya. .

Untuk kalimat-kalimat penentram tersebut, saya teringat sekali akan materi yang pernah saya dapatkan dari training ESQ. “Mengapa kita tidak boleh mencintai dunia (orang tua, kekasih, harta, pangkat DLL) berlebihan, dan hanya Allah Sang Maha Abadi disana cinta sejati kita letakkan?? Jawabannya biar tatkala dunia yang sifatnya sementara lenyap dan pergi dari bagian hidup kita, kita tidak perlu binasa dan lenyap bersamaan, kita masih mempunyai dan kepercayan kita akan cinta-Nya ada. Kita tidak perlu berlebihan kecewa tatkala semua binasa meninggalkan kita, karena Dzat Yang Maha Abadi selalu memeluk kesendirian kita, merengkuh getir kita, bahwa Allah tidak pernah sesekali meninggalkan hamba-Nya sendiri menghadapi pahit getir kehidupan.

Dan akhirnya saya kembali bertanya pada-Mu Ya ALLah, “Ya ALLah, apakah tatkala saya teramat mencintai anugerah-MU, hati ini seolah berpaling dari-Mu, dan cinta kepada-Mu terduakan????

Kalau memang benar, tegur saya Ya ALLah, tegurlah dengan teguran yang teramat bijaksana, jika memang teguran-Mu berupa penderitaan, saya yaqin Engkau tidak akan membebani kehidupan saya melebihi apa yang saya mampu. Mungkin saya belum mempunyai kekuatan untuk menikmati semua anugerah-Mu bersamaan (dalam satu waktu), tapi untuk menikmati anugerah dari-Mu, satu demi satu untuk mengadirkan kenikmatan yang beeeegitu mendalam.

“bahwa anugerah-Nya selalu datang bergantian, tatkala nikmat yang lain datang nikmat yang ada di ambil kembali, karena manusia terbatas kemampuannya untuk menikmati semua anugerah-Nya pada satu waktu. Dimasa kecil kenikmatan kita bermain, selanjutnya berprestasi, selanjutny bercinta, selanjutnya kaya, selanjutnya terhormat, selanjutnya berpangkat dan selanjuntya dan selanjunya, bukankah semua indah tepat pada waktunya??”

bahwa kita tidak pernah sendiri, walaupun dalam sepi

Rien Zumaroh

Ciputat, 30 Des’07

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda