not just a story, but it also creating a history

__Love * Life * sad *GLad * tears * Laugh-----

Selasa, 01 Januari 2008

Perempuanku, Aku Ingin Memeluk Batinmu.

PerempUwan taKkan habis di bicarakan, karena keindahannya juga gak habis (emangnya apakah????----)

Berbicara perempuan seperti halnya mengungkap keindahan alam, sosok yang identik dengan kelembutan bahasa jiwanya, santun serta ramah. Oleh karena stigma tersebut peran yang dilakoni perempuan adalah sesuatu yang kaitannya dengan pekerjaan domestik atau rumah tangga. Yaitu menjadi permaisuri dalam istananya, manajer yang teramat professional dan tiada duanya bagi suami dan anak-anaknya.

Ya!!! Itulah perempuan dengan segala kekuatan batinnya yang dianugerahkan Tuhan. Dari sana pulalah kekuatan perempuan terlihat, kesabaran serta keuletan dalam mamanaj rumah tangganya adalah prestasi yang tiada tara bagi perempuan.

Namun pada kenyataannya pekerjaan rumah tangga, mulai memasak, mencuci dan membersihkan rumah meskipun kelihatannya remeh namun tidak mudah apalagi setelah kehadiran sang buah hati jelas suasana rumah tangga menjadi berubah. Seperti itulah yang dirasakan oleh doktor Suad. Perempuan Mesir yang kerap sekali memanjakan ambisinya dengan segenap kemampuan logika yang membuahkan prestasi yang agung, terlebih prestasi akademik.

Doktor Suad adalah salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), ketua Asosiasi Wanita Karir (AWK), sekretaris Ikatan Putri Arab dan juga dosen dengan mata kuliah yang diamanatkan “Ekonomi Politik”. Persisnya di lingkungan akademik, organisasi baik politik maupun urusan keperempuanan, Suad selalu ditempatkan dalam barisan kehormatan.

Dengan segenap ambisi yang selalu menuntun menuju puncak kesuksesan sebagai wanita karir, Suad selalu berusaha menutupi kebutuhan emosionalnya. Akan masalah cinta dan kasih sayang dianggap sama halnya menunjukkan sisi lemahnya sebagai perempuan dan mencoreng image yang selama ini tampil di depan publik. Bahkan dia tidak pernah memberikan sedikitpun ruang bagi kegagalan menghampiri hidupnya dan memendamnya dengan segala kemampuan logika yang dia punya, semuanya di logikakan.

Sebagai wanita karir, kesuksesan bagi Suad adalah jerih payah yang di hasilkan dari kerja logika. Prestasi akademik, pengakuannya di depan publik, serta segudang pangkat lainnya. Bukan terletak pada saat dia mampu memanjakan buah hatinya, dan bercengkerama lama-lama bersama Faizah putrinya.

Ibarat berlayar, manusia selalu butuh tempat untuk berlabuh dari segala kepayahan hidupnya, penat dan keletihannya. Pada saat bersamaan kita butuh sentuhan kasih sayang yang memanjakan, ruangan batin terpeluk mesra. Pada posisi tersebut, tatkala segala kesuksesan logika telah menjadi bagian terbesar dalam ambisinya, kehampaan dan kejenuhan menghampiri kehidupan Suad, disorientasi datang dan menemukan sisi lemah kehidupan Suad sebagai perempuan dan kelemahan tersebut tampil lebih kuat.

Di tengah galau dan hampa, Suad selalu bertanya kepada naluri keperempuanannya, “Untuk apa semua ini?”

“Supaya keperempuananku bahagia,” jawabnya sendiri

Tapi, apakah aku bahagia??”

“Aku menjadi perempuan sukses dalam karir, tapi apakah aku sukses memenuhi kebutuhan naluriku sebagai perempuan. Pada saat itu aku menganggap bahwa menjadi ibu rumah tangga jauh lebih bahagia dari pada segudang kehormatan publik. Kini,,,,!!!dibalik kesuksesan karir, aku merasa menjadi perempuan yang paling lemah karena kegagalanku membina rumah tangga, kegagalanku mencurahkan kasih sayang kepada suamiku, buah hatiku.”

Perkawinan pertama Suad kandas, yang pada akhirnya suaminya Abdul Hamid menikahi Samirah yaitu perempuan yang hanya berpendidikan SMA dan lebih tepatnya dia hanya wanita yang sangat sederhana namun menghabiskan seluruh waktunya untuk rumah tangganya. Dengan segenap curahan kasih sayang Samirah tampil lebih kuat di depan Abdul hamid dibandingkan Suad. Kenyataan itulah yang membaut faizah putri Suad lebih cenderung dan betah dengan sang ibu tiri dari pada ibu kandungnya sendiri.

Begitu pula pernikaan Suad yang kedua kalinya dengan dokter Kamal Ramzi, mengalami kegagalan yang sama dan nasib yang sama pula yaitu sebagai perempuan yang berumah tangga Suad tidak ingin ada seseorang yang mengalahkan dan menguasai ambisinya meskipun suaminya sendiri, Suad tidak ingin karirnya gagal sedikitpun hanya karena permasalahan rumah tangga.

Bahwa kebutuhan terbesar dalam kehidupan perempuan adalah menyayangi, memanjakan, penuh cinta dan kasih sayang yang mendalam.

Bagaimana Suad bisa mendidik dan mengatur masa depan anaknya, sedangkan dia tidak mempunyai waktu untuk merawat dan membesarkan Faizah dengan penuh kasih sayang???.

Novel ini cocok dikonsumsi oleh para aktivis ynag kebablasan dalam memaknai kesetaraan gender, yang haus akan makna kasih sayang sebagai perempuan. Dan juga generasi yang ingin memaknai sisi keperempuanannya lebih dalam sebagai bekal membina rumah tangga.

Bahwa peran ibu tak pernah tergantikan, karena sejak dalam kandungan seorang anak hidup dalam ikatan yang tak terpisahkan dengan ibunya. Dia hidup dalam kasih sayang dan ketergantungan emosional yang erat. Dengan segenap kasih sayang yang terikat, sesungguhnya hanya ibulah yang mengetahui kebutuhan anaknya. ”meskipun sekarang banyak lembaga penitipan anak atau kelompok bermain, peran ibu tetap dan sampai kapanpun tiada duanya”.

“Kebahagiaan tertinggi bagi perempuan adalah tatkala sisi keperempuanannya tersentuh mesra dan emosionalnya termanjakan”

NB:

Pertama kali saya membaca buku ini pada tanggal 22 des’05.

Dalam memperingati hari “IBU” BEM FUF menyelenggarakan launching dan bedah buku

“AKU LUPA BAHWA AKU PEREMPUAN”

Dengan pembicara Ning Dara Affiah (Aktifis Kapal Perempuan).

Buku ini menjadi favorit books dalam sejarah kehidupan saya di dunia kampus, bahkan sampai saat ini masih sering saya baca dan tidak bosan-bosan karena semakin bertambahnya usia, pengalaman, hasil dari buku ini pun selalu menampilkan kesan emosional yang berbeda.

Intinya bagus, biar kita sebagai perempuan yang menyandang status mahasiswa, tidak harus memanjakan ambisinya,

----Rien Zumaroh: Ciputat, 26 des’07-------

2 Komentar:

Blogger Pandi mengatakan...

heheh selalu ada kebahagian disetiap celah kehidupan dan sesungguhnya kebahagiaan selalu bersanding dengan kesedihan.

5 Januari 2008 pukul 02.55  
Blogger ally muhammad abduh al afghani mengatakan...

alam nashroh

31 Maret 2008 pukul 02.08  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda