not just a story, but it also creating a history

__Love * Life * sad *GLad * tears * Laugh-----

Senin, 31 Desember 2007

RfLeksi akhir Tahun, semangat VS Tambah NyeseL

Hari ini tepantnya tanggal 31 Desember, kita berada di penghujung tahun 2007, sama artinya berjalan menuju tahun 2008. Berbagai kegiatan telah direncanakan, ada yang mengisinya berkumpul dengan keluarga besar, ada yang berlibur di puncak, dan bagi para muda –mudi biasanya lebih memilih merayakannya di tengah keramaian, apalagi yang sedang di mabuk cinta.

Berbagai acara di gelar, baik di media televisi, maupun di media cetak. Dan juga di pusat keramaian seperti di Monas, Taman Mini Indonesia Indah, pantai Ancol, di sekitar bundaran Hotel Indonesia dan pusat-pusat perbelanjaan dengan menghadirkan bintang FiLm ataupun band ternama untuk ikut serta menyemarakkan. Bila jam dua belas malam telah tiba mereka semua serentak meniupkan trompet dan menyalakan petasan dan juga kembang api.

Itu semua adalah sebagian acara yang sudah biasa dilakukan menjelang tahun baru yang bisa dikatakan bahwa tahun baru tidak lebih dari sekedar pesta dan bersenang-senang.

Namun di tengah metropolitan yang syarat dengan kehidupannya yang hedonis dan materialis serta logis, jangan dikira menyambut tahun baru bagi masyarakatnya hanya sekedar pesta dan senang-senang belaka, namun masih banyak diantara mereka yang mengisinya dengan merenungkan kembali perbuatan-perbuatan yang telah di lakukan selama 2007? Kegiatan tersebut biasa kita sebut dengan nuansa intropeksi diri, atau juga muhasabah.

Intropeksi diri atau muhasabah yang biasa dilaksanakan masyarakat Islam di masjid-masjid seperti yang telah teman-teman saya rencanakan untuk menyambut tahun baru 2008, nanti malam mereka (Faidah Umami, Qoriati Fikria, Avina Mardiyati, Ummu Sholehah, Ummu Sakinah Dst), mereka berencana untuk menyambut tahun baru di masjid Attiin, yang kabarnya akan dilaksanakan Dzikir akbar bersama H. Arifin Ilham dan berbagai rangkaian acara nuansa Islami lainnya.

Tahun baru menurut Rien zOOm sendiri apa??


Bagi saya tahun baru itu biasa-biasa saja, tidak lebih dari sekedar pergantian tahun dan bertambahnya usia saya. Tapi bukan berarti saya tidak ikut ambil moment di dalamnya.

Sampai tahun ini, saya menikmati tahun baru di Metropolitan sudah empat kali, dengan kegiatan yang biasa-biasa saja bahkan terkesan norak banget or gak respect

Tahun pertama saya di Metropolitan saya menikmatinya bersama keluarga di Bintaro. Saya, Kakak, Bibi, Paman dan Sepupu saya yang bermukim di Jakarta. Sekedar bercengkerama, meluapkan rasa kangen yang sudah wah wah terus acara bakar-bakar ikan.

Tahun kedua saya menikmati tahun baru hanya guyonan di kamar bersama temen-temen saya dari Palembang (waktu itu saya masih di asrama)

Tahun ketiga, merupakan tahun yan mengenaskan sampai tidak tahu pergantian tahun, karena saya dan teman saya yang sudah berencana mau ke Senayan ternyata ketiduran, bangun-bangun sudah malam dan suasana Ciputat sepinya sudah tidak ketolong. Ceritanya tahun baru kemaren bersamaan dengan perayaan Idhul ‘Adha, dan kita sebelumnya merayakannya di masjid Istiqlal dilanjutkan bakar-bakar sate di yayasan Nanda Dian Nusantara. Begitu selesai waktu menjelang Maghrib, sudah kecapean gak karuan ,,,ketiduran decH,,,,,begitu bangun dadaaaaaaaaaaaaaaaa tahun baru.

Kalau untuk nanti malam tidak tahu juga, mungkin juga gak jauh dari tahun-tahun kemaren. Faidah ngajakin ke Attain, Alvi ngajakin leyeh-leyeh di kamar saja, dan kebetulan someone saya mengcancel acara nonton konser di Monas (sungguh keputusan terbaik dan benar dari sudut pandang manapun,,,hEEEEE EitSSS jangan berdua-duaan=beginilah kalau pacaran sama-sama anak pesantren saling mengingatkan…walahhhhhh), kalau pinginnya sich macam-macam tapi seandainya ntr dah mentok kayaknya lebih asyik leyeh-leyeh di kamar dan nonton konser di televisi huuuuuuuuuuuuuuuuuuu gak seru (biasa aja kaliiiiiii).

Intinya bagi Rien Zoom tahun baru biasa-biasa saja, kalau hanya sekedar keliling Jakarta, hampir saben punya kesempatan tidak kenal waktu yang pentng ada duwit (kalau gak ada yaaaa minta traktiran) dan temennya “SIAP DECH’’ Desember’07 saja dah kemana-mana Dufan, Ancol, TMII, Monas, Istiqlal, PIM, BP, PS LB, bahkan keliling Jakarta hanya dengan 3500 alias naik bus way dan musti hafal tempat transit,,,,,,ngerayain kayak gituan saya tidak pernah nunggu tahun baru, jadi begitu tahun baru tiba tinggal capeknya.

Ruang IntROpeksi Diri Menurut ZOOm??

Banyak yang mengatakan dan mengisi tahun baru serta memaknainya sebagai moment intropeksi diri seperti yang sudah dijelaskan di atas, bagaimana dengan rien zoom??

Bagi saya pribadi sarana intropeksi diri tidak hanya tahun baru tapi intropeksi diri bisa terjadi kapanpun dan dimanapun tentunya pada suasana dan keadaan yang tepat dan mendukung.

Suasana dan keadaan yang paling tepat bagi saya untuk intropeksi diri yaitu pada waku gagal mewujudkan harapan , pada saat saya kecewa, terluka, tejatu. Pada saat itulah moment intropeksi diri bagi saya harus dimanfaatkan sedemikian rupa, karena keterjatuhan dan ketersakitan adalah moment yang paling dahsyat dan menunujukkan titik hitam dari kehidupan kita.

Apa salah saya??

Benarkah ini kesalahan saya??

Jika memang saya tidak salah, adakah yang kurang dari kepasrahan saya dengan menyertakan ruangan bagi Allah bermain??maksudnya apakah niat saya sudah benar dan seterusnya.

Atau semuanya hadir hanya sekedar menguji kualitas keimanan saya pada-Nya.

Benar-benar tatkala kita terperosok dalam jurang yang terdalam, kita jangan sampai menyia-nyiakannya segeralah intropeksi diri, temukan titik hitam di dalamnya baru kemudian kita bangkit dan menyerahkan segala daya dan upaya hanya pada-Nya…….

HaPPy New Year………..

Happya New Year

Yang lalu biarlah berlalu, kita ambil hikmahnya

Dan tatap yang ada di depan dengan kepercayaan diri, serta optimis

Karena Tuhan tidak pernah jauh dari hamba-Nya, jangan lagi ragu, jangan lagi bimbang

Berdo’alah!!!karena hanya Dia yang mampu meyakinkan, hanya Dia dan hanya Dia



Rien Zumaroh 31 Des’07

Minggu, 30 Desember 2007

Pelukan mesra-Nya!!!!

“Ya Allah, salahkah tatkala hamba-Mu berdo’a, memohon kebahagiaan lebih dari satu bentuk kenikmatan??”

Itulah kalimat yang saya gunakan untuk mencoba dan membantu menumpahkan perasaan kecewa, sakit hati yang selama ini cukup di hati, dan tidak terungkap sama sekali keberadaannya. Entah kenapa dalam waktu tertentu dan untuk masalah kehidupan, masalah cinta, saya tidak pernah mempunyai kekuatan untuk menyalahkan diri saya, diri cinta yang seringkali menjelma kepedulian, belaian, kemesraan yang tidak lama kemudian rasa sakit meyusul, kecewa, dan hal-hal yang membelunggu ketulusan manusia dalam mengabdi untuk kehidupannnya dan untuk cintanya.

Ternyata kebahagiaan itu tidak lama,,,,

Dan penderitaan hadir hanya sekedar memberikan gambaran bahwa anugerah-Nya teramat berarti untuk selalu di syukuri, iya!!!!penderitaan tidak lebih sarana untuk mensyukuri anugerah-Nya. Tentang harta kekayaan, orang-orang yang mencintai kita dan menentramkan jiwa kita, kehormatan, harga diri, pangkat maupun status sosial dan kebahagiaan lainnya yang merupakan anugerah dari-Nya.


Semuanya yang ada di dunia hanya sekejap dipandang dan sesekali didatangi, di kejar dan dipertahankan hanyalah bayang-bayang.

Rasanya belum puas, saya menikmati satu demi satu anugerah-Mu, iya!!!!seperti itulah manusia selalu merasa tidak puas tentang apa yang dimilikinya, di anugerahi satu minta dua, dianugerahi dua minta tiga dan seterusnya tiada batasnya, tiada habisnya. Ternyata hanya satu yang mampu menghentikan manusia dari angan-angan panjang yang tiada ujungnya, apa??????

“itulah yang seringkali saya sebut dengan ruang intropeksi diri, ruang bercermin atas segala tingkah polah kita menikmati anugerah_Nya, ruang mensyukuri, ruang yang mendekatkan diri kita kepada Sang Pemberi anugerah yaitu PENDERITAAN, KETERASINGAn, TERJATUH DAN TERTUNDUK BERTEKUK LUTUT PADA KUASA_Nya danpada saat itu pula, baru kita mencari keyakinan tentang kuasa Tuhan, dan bagi-Nya tidak susah untuk mengambil apa yang telah Dia titipkan kepada kita semua”.


Pada saat penderitaan itu menyapa diri saya, pada saat itu pula saya menyadari betapa dunia ini hanya tipu daya dan kita bermain-main di dalamnya, betapa tiada yang berhak kita cinta seabadi ketercitaan-Nya pada makhluknya, Dialah Sang Maha Pecinta dengan segenap rahman rakhim-Nya, mengapa hanya Dia yang patut kita cintai (cinta abadi), karena Dialah Dzat Yang Maha Abadi, Kekal dan selalu memeluk getir kita, tiada pernah melihat siapa kita kecuali “BESARNYA KETAQWAAN KITA PADA-Nya. .

Untuk kalimat-kalimat penentram tersebut, saya teringat sekali akan materi yang pernah saya dapatkan dari training ESQ. “Mengapa kita tidak boleh mencintai dunia (orang tua, kekasih, harta, pangkat DLL) berlebihan, dan hanya Allah Sang Maha Abadi disana cinta sejati kita letakkan?? Jawabannya biar tatkala dunia yang sifatnya sementara lenyap dan pergi dari bagian hidup kita, kita tidak perlu binasa dan lenyap bersamaan, kita masih mempunyai dan kepercayan kita akan cinta-Nya ada. Kita tidak perlu berlebihan kecewa tatkala semua binasa meninggalkan kita, karena Dzat Yang Maha Abadi selalu memeluk kesendirian kita, merengkuh getir kita, bahwa Allah tidak pernah sesekali meninggalkan hamba-Nya sendiri menghadapi pahit getir kehidupan.

Dan akhirnya saya kembali bertanya pada-Mu Ya ALLah, “Ya ALLah, apakah tatkala saya teramat mencintai anugerah-MU, hati ini seolah berpaling dari-Mu, dan cinta kepada-Mu terduakan????

Kalau memang benar, tegur saya Ya ALLah, tegurlah dengan teguran yang teramat bijaksana, jika memang teguran-Mu berupa penderitaan, saya yaqin Engkau tidak akan membebani kehidupan saya melebihi apa yang saya mampu. Mungkin saya belum mempunyai kekuatan untuk menikmati semua anugerah-Mu bersamaan (dalam satu waktu), tapi untuk menikmati anugerah dari-Mu, satu demi satu untuk mengadirkan kenikmatan yang beeeegitu mendalam.

“bahwa anugerah-Nya selalu datang bergantian, tatkala nikmat yang lain datang nikmat yang ada di ambil kembali, karena manusia terbatas kemampuannya untuk menikmati semua anugerah-Nya pada satu waktu. Dimasa kecil kenikmatan kita bermain, selanjutnya berprestasi, selanjutny bercinta, selanjutnya kaya, selanjutnya terhormat, selanjutnya berpangkat dan selanjuntya dan selanjunya, bukankah semua indah tepat pada waktunya??”

bahwa kita tidak pernah sendiri, walaupun dalam sepi

Rien Zumaroh

Ciputat, 30 Des’07

Dan kehidupan itu???!


Judul Buku : Sepotong Cinta di Dalam Hati

Pengarang : Dwinu Panduprakarsa

Penerbit : Gema Insani

Tebal buku : 143 Hal


Dalam hidup, sebagai manusia rasanya manusiawi sekali berharap yang indah-indah dalam hidupnya, merencanakan tentang esok seindah jamuan hari ini. Wajar sekali dirasakan manusia pada umumnya, dengan segenap kemampuan dan segala usaha dengan menyertakan doa di dalamnya.

Hal semacam itu pula tanpa terkecuali terjadi pada kehidupan Dwinu Panduprakarsa, seorang lelaki yang tercatat sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Menjalani awal pernikahannya bercita-cita muluk dengan segudang ide dan rencana masa depan. Penuh harapan pernikahannya langgeng sampai akhir nafas, berharap mempunyai buah hati yang lucu, imut, lincah, cerdas, kuat berprestasi yang kelak mampu meneruskan harapan orang tuanya. Intinya manusia dalam bahagianya berharap langgeng selamanya.

Manusiawi sekali bukan??? setinggi dan seindah harapan manusia itu adalah suatu keharusan, namun yang perlu digaris bawahi bahwa manusia hanya dibekali oleh-Nya segenap usaha dan segala keputusan Allah yang menentukan. Karena Dialah Dzat yang Maha Tahu dari apa yang tidak kita tahu. Dia Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, sesakit apaun bentuk kehidupan tersebut.

Kehidupan pribadi Dwinu Panduprakarsa berubah drastis dengan hadirnya putri pertama “Redita syifa panduprakarsa” (Tita). Bagaimana????

Dari Titalah ketercintaan terhadap keluarga bermula dan semakin menguatkan. Dari Tita pula kehidupan semakin terasa dan bermakna, empati itu ada, dan cara pandang Dwinu terhadap kehidupan tidak hanya tergeser namun berubah.

Betapa Tita adalah anugerah teristimewa dalam kehidupan Dwinu, lewat keistimewaan Tita, Dwinu mampu memaknai dan menghadirkan rasa syukur yang mendalam sekecil apapun anugerah dari-Nya. Pertemua nya dengan segala macam bentuk kehidupan adalah sajadah persujudan yang penuh syukur dan ketundukan.

Perjumpaannya dengan Dinda yang mungkin buat orang lain biasa-biasa saja, namun bagi Dwinu adalah anugerah yang mengantarkannya menjadi orang tua yang semakin bertanggug jawab terhadap amanah yang diembannya bernama “ANAK”. Dinda terlahir di tengah gemerlap rumah yang mewah lengkap dengan pembantu dan sopir pribadi , namun dia tidak dikaruniai ayah yang baik karena bercerai dengan ibunya, sedang ibunya sendiri disibukkan dengan kegiatan di luar rumah. Pada saat itulah Dwinu berfikir, meskipun anak saya tidak dikarunia harta berkelimpahan, namun kami menyertakan kasih sayang yang teramat dalam membantu Tita menatap masa depannya.

Keistimewaan Tita dalam kehidupan Dwinu bukan karena kelincahannya, kelucuannya, kecakapannya, dan kecerdasannya seperti yang terpancar dari wajah balita pada umumnya. Tapi keistimewaan tersebut justru karena keterbatasan Tita yang didiagnosa menderita autis semenjak dia berumur dua tahun. Sebuah diagnosa yang memukul perasannnya sebagai orang tua.

Pada saat itulah keistimewaan Tita hadir dalam kehidupan Dwinu, dan menjadikan Dwinu harus tegar dalam menyikapinya. “Kalau bukan aku ayah kandungnya sendiri, lalu kepada siapa lagi Tita berdiri menjalani hari-hari menatap masa depan?”. begitulah terus antara logika dan spiritual Dwinu berdialog.

I tulah bagian dari catatan harian Dwinu yang merupakan renungannya mendampingi anak autis. Dalam menulis buku tersebut Dwinu tidak bermaksud mengikuti trend buku-buku tentang sindroma autisme, tapi Dwinu mencoba membuka album kehidupannya dan berbagi pengalaman terhadap sesama menjalani kehidupan dengan segala keistimewaan sang buah hati. Yang jelas hari-hari Dwinu dan istrinya (Peppy Purwandari) membutuhkan keimanan, kesabaran, pengorbanan dan kekuatan yang maha dahsyat yang terlahir atas nama cinta, dan mengemban amanat dari Tuhanya yang bernama “anak”.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari buku ini (tentunya perspektif saya) adalah, sebagai perempuan baiknya menghindari kegiatan atau pikiran-pikiran yang mampu menghadirkan stress dan tekanan psikologis pada waktu hamil karena kondisi tersebut berimplikasi terhadap kesehatan janin yang dikandungnya baik secara fisik maupun mental.

Dan bagi para suami harus mampu menciptakan kondisi yang membahagiakan dan meringankan kepayahan istrinya pada saat hamil, bukan menuntut dengan sesuatu yang tidak sanggup dilakukannya atau menuntunya menjadi manusia yang sempurna.

Buku ini memberikan kesadaran kepada kita betapa banyak anugerah yang belum kita syukuri namun kita tidak pernah berhenti berharap pada Tuhan, padahal banyak sekali perintah-Nya yang belum kita tunaikan .

Selamat membaca dan temukan hikmahnya

Terakhir penulis berpesan kepada anaknya dalam pengantar

‘Selamilah kedalaman cinta sang ayah dalam tulisan yang tidak hanya menggugah kalbu, tetapi juga menyadarkan kita akan makna mensyukuri karunia-Nya”

----Rien Zumaroh

Ciputat, 25 des’07-------

"Jangtung Saya Berdetak Kencang"



Tercatat sudah dua kali sampai detik ini (28 des'07) saya mengikuti pelatihan jurnalistik online, bukan karena saya ingin tahu bagaimana cara membuat blog, karena saya sudah bisa meskipun gak jago-jago banget, lumayanlah bisa buat modal untuk narsis (hahaaa), tapi saya ingin dapat pengakuan dari kemampuan saya di bidang tersebut.

Pertama kalinya yaitu awal Desember'07, tepatnya tanggal 1 (satu), yang diselenggarakan atas kerja sama Indo Post dan LA bertempat di gedung Graha Pena lantai tujuh, dan yang kedua kalinya hari ini 28 Desember'07 yang diselenggarakan oleh LPM Institut UIN Syarif Hidayatullah "Workshop pembuatan blog dan jurnalisme online 'jutaan orang di dunia menjadikan blog sebagai media ekspresi diri'"

Dua kali mengikuti pelatihan, dua kali pula saya merasakan jantung saya berdetak semakin kencang, sekencang benderang mau perang. Jantung yang selalu berdetak kencang, tak henti-hentinya memberikan isyarat buat saya, bahwa saya harus semangat dan inilah saat-saat yang tepat untuk mengaktualisasikan diri dan menunjukkan kepada dunia, bahwa rien zoom bisa, bahwa inilah duniamu rien zoom, dunia yang menjadikan seseorang tidak hanya menulis cerita tetapi menciptakan sejarah tentang kehidupan. Emang githu????. Seperti kalimat yang dipresentasikan oleh mbak Ira LathieF "Blogging is not just about writing a story, but it also creating my own history".


Yang menjadi alasan kuat kenapa jantung saya berdetak kencang, adalah saya merasa dalam suasana yang bener-bener dunia rien zoom, bener-bener saya merasa memiliki peran dan harus mengambil kesempatan di dalamnya. Tidak seperti saat saya mengikuti seminar-seminar controversial, seminar politik, seminar yang lain-lainnya yang menjadikan saya tidak lebih hanya sekedar pelengkap, hanya ingin tahu saja, atau sekedar iseng-iseng berduit (ngayal trZZzz,,,,,,). Intinya saya ingin tampil terbaik diantara peserta lain. (biasa!!!! yang sudah lama hanya jadi kambing congek dalam masa pencarian jati dirinya selama menjadi mahasiswi metropolitan)

Narsis banget bukan??

Atau over convidence??

Tapi ,,,,,,apakah kenarsisan rien zoom n rasa kepercayaan dirinya yang berlebihan itu terjawab???



*****GRAHA PENA, Lantai tujuh 01 Des'07

Saya dapat kabar dari teman, bahwa Indo Post mengadakan lomba bLog (untuk lebih jelasnya= blogjurnalistikonlain.com/), langsung saja saya hubungin kantor setempat via telepon sekalian mendaftarkan diri. Sebelum keberangkatan banyak hal yang saya persiapkan mulai dari ngedesain multiply dengan glitter, dan juga beberapa tulisan yang menjamur di flasdisk mulai saya edit-edit. Namanya juga ikutan lomba sedikit banyak pasti punya harapan dan obsesi untuk menang.

"Tentu untuk meraihnya, apa yang kita usahakan?".

Sesampai di Graha Pena, ternyata di sana hanya pelatihan atau lebih mudahnya hanya sekedar pengantar untuk mengikuti lomba. Jadi di sana tidak lebih hanya mendapatkan materi tentang jurnalistik yang disampaikan langsung oleh pemimpin redaksi dan cara pembuatan wordpress (yaitu provider yang akan di gunakan untuk lomba) yang disampaikan mas Avon.

Sedikit kecewa, tapi yang jelas banyak senengnya….???

Setelah materi cara pembuatan blog berlangsung, saya mengacungkan tangan. Saat mas Avon bertanya "Siapa yang ingin mencoba mempraktekannya di depan?"

Ada beberapa yang mengacungkan tangan, masing-maing dari mereka peserta dari kampus yang punya status dan saya teramat pede dari UIN Jakarta, kenapa tidak???

Saya ditunjuk untuk tampil pertama kali, karena saya kira lombanya "pada saat itu" dari pada tulisan saya membusuk di flashdisk, lagi-lagi dengan percaya diri yang berlebihan saya posting saja salah satunya pada kesempatan narsis tersebut. Judulnya tentang "KETIDAKPASTIAN", lengkap dengan image. Terima kasih buat mas Avon atas apresiasinya, dan selanjutnya dari temen-temen yang mengacungkan tangan tadi, agak gerogi dan gimana githu…???. Langsung saja mas Avon ngeledek. "Masak kalah sama rien zoom???" . Pastinya ada yang pede setelah saya. Terima kasih ,,,,terimakasih.

Lega, puas, meskipun hanya sekedar pelatihan setidaknya bertambah pengalaman hidup. Dan yang paling membuat saya terbang, kebetulan waktu itu saya diantar sama someone saya dan setelah acara berlangsung dia berkata "TErima kasih ya sayang, hari ini kamu telah menunjukkan tentang dirimu di depan mas. Mas senang punya kekasih seperti kamu" (hEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEeeeeeee).



*****Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah, 28 Des'07

"Workshop pembuatan blog dan jurnalisme online 'jutaan orang di dunia menjadikan blog sebagai media ekspresi diri'"

Dalam acara tersebut saya tampil ke depan sebanyak lima kali, dua kali sharing, satu kali bertanya, satu kali jawab dan satu kali terima hadiah. Terus apa yang membuat saya semangat???

Awalnya saya tampil ke depan dan tampil pertama kalinya setelah materi selesai disampaikan oleh mbak Ira Lathief. saya memilih sharing tentang pengalaman saya di dunia maya (ngebLog). Berawal dari kalimat boys friend saya yang sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa Stikom Surabaya "masak mahasiswi metropolitan gaptek". Berawal dari situlah saya mempunyai harapan yang kuat untuk mengetahui tentang dunia maya, awalnya hanya sekedar perasaan ingin bisa, dan tidak terlalu berfikir panjang bagaimana nantinya, buat apa dan mau jadi apa dengan ngeblog?. Bagi saya pada saat itu tidak penting, yang penting saya bisa dan sebisa mungkin saya mempromosikan tulisan-tulisan saya yang masih kelas kacangan dari sudut pandang penulis hebat.

Sampai pada waktunya, yaitu semester tujuh (Semester saya sekarang), ada salah satu dosen yang mewajibkan setiap mahasiswa mempunyai weblog namanya bapak Darsana Setiawan (http://darsanas.multiply.com/). Pada saat itulah saya mulai mengerti untuk apa, sesuatu yang saya geluti dan gandrungi setahun terakhir ini. Dan pada saat itu pula saya mulai kebanjiran pesan untuk ngajarin temen-temen satu anggkatan yaitu ngajaring ngeblog. Dan tidak jarang dapat sms dari temen yang sedang ngenet "rien alamat blog kamu apa??", itu semua terjadi diantaranya karena bapak Darsana sering mempopulerkan blog saya diantara teman jurusan angkatan 04/05. Dan sering kali juga, sama teman jurusan saya dikatain "walah zOOm!! kemana saja selama ini orang ndeso, katrok bin medok ternyata boleh juga tucH, kesibukannya ngalah-ngalahin kita yang orang kota". Yach itulah sepenggal sharing saya.

Melihat kenarsisan saya, para peserta lainya ngecengin keberadaan saya di depan "Narsis, narsis, narsis banget sich Lw, alamat blog Lw apa??". Justru dari kenarsisan itulah yang membuat pikiran mereka langsung menuntun berkata untuk minta alamat saya. (yachhh anggap saja kenarsisan saya sebagai sarana untuk memotivasi Lw pade haaaa)

Buka saja di :

akurienzumaroh.multiply.com/

akurienj.blogsome.com/ lengkap dengan link blog saya yang lainnya.

Di sela-sela acara tersebut dan waktu break banyak dari mereka yang mau tahu tentang saya, khususnya Mbak Ira Lathief (penulis biografi Tukul Arwana)'http://iralennon.blogspot.com/' dan Mbak Desy Saputra (wartawan ANTARA) 'http://desysaja.blogspot.com/' yang kebetulan mereka berdua adalah nara sumbernya meminta alamat blog saya, bagi mahasiswa tidak hanya meminta alamat blog tapi plus no HP. Dan terakhir kalinya ada salah satu teman yang mengejar-ngejar saya dan bertanya seputar motivasi saya mengikuti acara tersebut dan kalau tulisannya bagus masuk di BERITA UIN. (narrrrrrrrrrrrrrrsis pol-polan, notok jedok, amit-amit bin gak ketolong)

Pertanyaannya, "Senarsis apa sich saya dalam acara tersebut???????



*****BLOgGing iN MotivatiOn

Apasih yang memotivasi saya aktif di dunia maya, tepatnya ngeblog?? Itu adalah pertanyaan yang paling mendasar, yang menunjukkan dari apa yang dilakukan oleh seseorang pastinya punya proyeksi ke masa depan. Itu jelas???

Awalnya saya ngeblog, gak lebih dari hanya sekedar harapan bisa dan tidak ingin di katain orang untuk yang kesekian kalinya, bahwa saya mahasiswi metropolitan tapi gapteknya gak ketolong.

Meskipun hanya sebuah perasaan ingin bisa, tapi tidak menutup kemungkinan bagi saya pada saat itu untuk memperkenalkan pada teman-teman bahwa saya punya kebiasaan menulis, dan tulisan-tulisan saya yang selama ini berserakan di kertas, mulai saat itu saya ketik dan saya post diblog.

Sampai pada perkembangan selanjutnya, saya ingin mengoptimalkan kemampuan saya di bidang menulis yang akhir-akhir ini sempat terhenti. Apresiasi dari teman yang dilewatkan testimonial, comment, guestbook, sms, dan lain sebagainya yang merupakan makna dari sebuah pengakuan tentang tulisan-tulisan iseng saya, sedikit demi sedikit menjelma semangat yang kuat bahwa suatu hari saya ingin membuat buku bertema "meaningful life". Kalau tidak kesampaian, setidaknya sudah bisa teman-teman baca di blog saya.

Akhinya,,,,,,,,,


*Terima kasih saya buat "IBU" H. Siti Rahmah, karena lewat kerja keras dialah, kebiasaan menulis saya tersalurkan, mulai membelikan laptop (meski sekarang dah bercinta sama maling), sangon khusus dan semua-muanya dari sanalah kebahagiaan dan kepuasan bersumber, iBu "Engkaulah wanita tiada duanya dalam hidup saya".

**Kedua kalinya teruntuk ayah saya H. Ali Murtadho, terima kasih akan dedikasi dan kasih sayangnya terhadap keluarga.

Teruntuk cinta

Antara yang mencinta dan dicinta